Anak Pemalu, Takut dan Susah Bersosialisasi

Tanya :
Assalamualakum. Saya mempunyai anak laki laki usia 5.5 tahun. Masalah pada anak saya dia pemalu, mudah merasa takut dan susah bersosialisasi. Mudah mengeluarkan air mata tanpa suara menangis dan tidak mau berbicara tentang apa masalahnya sehingga dia menagis. Apa yang harus saya lakukan sebagai orang tua. Mohon pencerahannya. Terimakasih
– EK

Jawab:
Wa’alaykumsalam Wr Wb, Dear ibu E,
Sebagai orangtua kita, wajar jika kita terkadang dicemaskan dengan sikap anak-anak kita yang menurut kita berbeda dengan yang biasa dilakukan atau dinampakkan anak-anak seusianya. Hal ini kemudian menuntut kita sebagai orangtua untuk terus belajar, mengintrospeksi diri, dan mencari cara penyelesaian yang terbaik agar anak kita dapat tumbuh dan berkembang dengan ceria dan bahagia.

Pada kasus yang dialami anak ibu, sebagai orangtua sebaiknya ibu mencari tahu terlebih dahulu mengapa anak ibu menjadi pemalu, penakut, susah bersosialisasi, dan kurang ekspresif dalam mengekspresikan emosinya. Menurut para ahli, sikap anak yang kurang mau terbuka pada orangtua biasanya disebabkan karena :

  • 1. Orangtua jarang mengajak anak bicara, bercengkrama, menikmati humor, dan rekreasi bersama-sama anak mungkin karena sibuk bekerja dan sudah lelah sehabis pulang kerja
  • 2. Orangtua sering memotong pembicaraan anak, sehingga anak kurang percaya diri dan kurang terbuka untuk menyampaikan perasaan dan permasalahannya pada orangtua
  • 3. Orangtua terlalu kaku menetapkan aturan, sering memarahi dan mengatur-atur anak, sehingga dapat memunculkan rasa kurang percaya diri pada anak dalam berhubungan dengan orang lain
  • 4. Orangtua mungkin pernah mengungkapkan permasalahan atau kesalahan anak di hadapan orang lain dan menjadikan sebagai lelucon, padahal bagi anak mungkin hal itu adalah hal yang sensitif yang tidak ingin diketahui orang lain
  • 5. Orangtua kurang dapat menerima kekurangan anak, sehingga sering meremehkan kelemahan/kekurangan anak atau bahkan mencaci anak ketika melakukan kesalahan
  • 6. Orangtua jarang memuji anak ketika anak meraih prestasi ataupun melakukan hal-hal yang positif
  • 7. Orangtua jarang menceritakan tentang dirinya pada anak, mungkin bercerita tentang masa kanak-kanaknya dulu, sehingga anak juga enggan menceritakan masalahnya

Coba ibu evaluasi, kira-kira dari beberapa hal di atas adakah yang bapak/ibu biasa lakukan ke anak sehingga anak kurang terbuka dengan orangtua untuk bercerita tentang diri dan permasalahannya.
Jika hal-hal tersebut yang menjadi penyebabnya, maka yang dapat ibu lakukan adalah :

  • 1. Membangun hubungan yang hangat dengan anak selayaknya orangtua sebagai sahabat. Jadilah teman berbagi cerita, suka, duka bagi anak sehingga anak merasa nyaman bercerita dengan orangtua, menganggap masalahnya dapat diselesaikan jika bercerita dengan orangtua karena anak percaya orangtua akan selalu ada saat dibutuhkan dan akan selalu dapat memberikan solusi terbaik bagi masalah yang dialami
  • 2. Hargai setiap prestasi anak, tidak harus dengan materi bisa juga dengan pujian misalnya “Ibu bangga padamu, nak. Terimakasih karena sudah menyenangkan dan membanggakan ibu dengan perilaku/sikap/hal-hal baik yang kamu lakukan”
  • 3. Dengarkan dengan penuh kesabaran dan perhatian ketika anak sedang mengajak kita berbicara. Jadilah pendengar yang baik saat anak bercerita dan berbicara
  • 4. Mulai sering-sering mengajak anak bercerita tentang diri kita, misalnya pengalaman kita sebagai anak dulu seperti apa sehingga anak memiliki gambaran bahwa orangtua juga mengalami peristiwa yang hampir sama seperti dirinya yang sekarang
  • 5. Luangkan waktu untuk menghabiskan waktu berkualitas dengan anak untuk membangun rasa kebersamaan dan kehangatan sebagai keluarga
  • 6. Bantu anak untuk menyadari dan memahami apa yang dirasakan, mengapa rasa itu dapat dirasakan, dan bagaimana cara yang tepat untuk mengekspresikan emosi/perasaan sehingga tidak perlu menahan dan menyimpannya sendiri. Berikan belaian, pelukan, kata-kata yang positif saat anak menangis sampai dia merasa nyaman untuk bercerita pada kita
  • 7. Terima dengan sepenuh hati anak kita dengan segenap kelebihan dan kelemahan yang dimiliki. Hargai kelebihannya, bimbing mengatasi kelemahannya, besarkan hatinya sehingga akan mulai muncul rasa percaya dirinya.

Demikian yang dapat saya sarankan. Semoga bermanfaat dan berhasil mengatasi permasalahan yang dihadapi ibu dan putra tersayangnya.

Konsultasi Psikologi Ini dijawab oleh
Fajar Kawuryan, S.Psi, M.Si

Untuk keperluan konsultasi offline untuk secara personal berkonsultasi intensif dengan para psikolog profesional kami. Bisa menghubungi KPT insight di nomor 081329184369.
Salam hangat dari tim konsultasi online Fakultas Psikologi UMK.