Tak Sayang Lagi Setelah Tak Bertemu Lagi

Tanya :

Sebulan yang lalu, saya adalah seorang santri disebuah pondok pesantren. saya termasuk santri yang nakal, susah diatur dan semau sendiri.

Bertahun-tahun di pesantren tanpa ada hasil, sampai ada seseorang yang datang menemani hari-hariku.
Saya mengganggap dia sebagai adikku sendiri, bahkan ia melebihi siapapun dalam keluargaku. Saya sangat sangat menyayanginya.
Dia selalu sabar menghadapi prilaku saya yang jelek, selalu mendukung, dan percaya bahwa saya bukanlah seperti yang orang-orang kira. Bahwa saya adalah seseorang yang baik dan bisa berhasil.
Dia menuntunku, menunjukkan jalan yang benar, dan mengingatkan saya jika saya lalai. Menguatkan saya ketika tak ada lagi orang yang percaya dan peduli padaku.
Dia selalu sabar walaupun tak sekali dua kali ia ku sakiti dengan keegoisanku, dengan sikap kasarku. Tapi tetap saja ia sabar dengan itu semua.
3 th berlalu setelah saya dekat dengannya sayapun berhasil dan diwisuda. Lalu saya pun pulang dari pesantren dan tak akan kembali lagi.
Saat di rumah saya selalu memikirkan nya, sekarang dia lagi apa, bersama siapa, makan apa, karena saya tak pernah sehari pun tanpa dia dan sebaliknya. Saya selalu cemas dan selalu kefikiran, apakah dia disana menangisi kehilangan saya? Apakah ia juga merindukan seperti saya yang selalu merindukan nya?

Setiap saat saya menunggu liburan tiba, agar saya bisa menghubunginya. Namun setelah liburan tiba, dia berubah. Tak lagi menjadi seseorang yang paling mengerti saya, seperti layaknya seseorang yang tak pernah dekat. Namun itu tidak benar, karena kami tak pernah terpisah saat dipesantren. Kami selalu baik baik saja, walaupun sering kali pertengkaran terjadi. Dan kini saya sungguh kecewa dan tak percaya, karena cara ia membalas chat seperti seseorang yang tak lagi ingin mengenal, seperti seseorang yang tak suka saya ada dalam hidupnya.
Apa yang terjadi saya tak tahu. Disini saya sering kali menangis karenanya. Mengapa begitu cepat ia berubah padahal baru satu bulan saya pulang dari pesantren. Tapi dia sudah berubah dengan begitu cepat. Saya tak pernah menyangka, karena dulu ia adalah seseorang yang sangat menyayangi saya melebihi mba nya sendiri.

Maaf kak, bagaimana cara saya menyikapi semua ini? Saya sangat sangat menyayangi nya bahkan melebihi adik kandungku sendiri. Tapi sekarang dia sering kali membuat saya menangis karena sikapnya. Walaupun saya tak bertemu dengan nya tapi saya tau cara ia membalas chatnya seolah ia sangat membenci saya. Saya tak ingin persaudaraan yang pernah terjalin akan musnah termakan jarak dan waktu.

D – Perempuan

Jawab :

Terima kasih telah mau bercerita, saya yakin memerlukan keberanian yang luar biasa untuk dapat menuliskan cerita ini.

Untuk kakak baik hati yang sedang bingung dan sedih..

Betul, saya yakin tidak ada yang menginginkan kerenggangan dalam suatu hubungan pertemanan, apalagi pertemanan antara kakak dan sahabatnya sudah seperti saudara. Namun, mari kita menyadari dan mencoba berprasangka baik dengan segala kemungkinan yang mungkin terjadi selama satu bulan terakhir. Satu bulan bukanlah waktu yang singkat, dan saya yakin baik kakak maupun sahabatnya kakak juga sama-sama merasa kehilangan satu sama lain. Dan ditengah rasa kehilangan itu, seperti yang kakak bilang, kakak tidak tahu apa yang terjadi. Apakah terjadi masalah di pondok, apakah sahabat kakak sedang dilanda kesedihan lainnya, apakah sahabat kakak sedang memfokuskan diri pada hal lain sehingga respons yang kakak terima ketika menghubunginya kembali tidak seperti yang kakak harapkan. Dan sangat wajar ketika kakak menjadi bingung dan sedih.. “Ada apa ini? Apakah dia tidak senang saya hubungi?”. Hal seperti itu yang mungkin terlintas di benak kakak. Akan tetapi, yuk kita coba untuk memandang dari sisi lain. Daripada overthinking dan berprasangka bahwa sahabat kakak tersebut berubah, alangkah baiknya untuk menggeser prasangka tersebut menjadi lebih positif. “Oh mungkin dia terburu-buru membalas chat dariku sehingga jawabannya singkat..” atau “Oh mungkin dia sedang kurang mood sehingga responsnya dingin”. Dengan begitu, kakak akan lebih tidak mudah kecewa dengan respons apa pun yang kakak terima.

Saran saya, tetaplah berusaha meraih hatinya.. berikan perhatian dengan tulus tanpa pamrih, sebagaimana apa yang telah dia lakukan dulu terhadap kakak. Mumpung masih dalam suasana Idul Fitri, alangkah baiknya momen ini juga kakak manfaatkan untuk menjalin kembali silaturahmi dengan sahabat tersebut.. jika memang memungkinkan, kunjungilah Ia.. sehingga kakak juga tahu bagaimana kondisinya, lebih baik lagi jika dengan bertemu suasana menjadi lebih cair bagi kalian berdua.

Semoga sedikit dari saya ini dapat meringankan sedikit beban pikiran kakak baik hati. Saya mendoakan yang terbaik untuk kakak dan sahabat kakak, tetap semangat Kak.

Konsultasi psikologi ini Dijawab oleh
Nugraini Aprilia, M.Psi., Psikolog